Sport Medical Check Up dan Kematian Atlet

Dipostkan oleh : dr. I Gusti Ngurah Putra Eka Santosa
Waktu Post: 24 Feb 2017 05:10

Tahun 2015 panggung olahraga dihebohkan dengan kematian yang menimpa atlet silat Alm. I Gede Artawan pelajar SMA Pariwisata Klungkung dalam Porsenijar 17 April 2015, berselang beberapa bulan diikuti oleh Atlet Yudo Atlet Judo asal Bangli atas nama Agus Widiantara meninggal dunia diduga karena mengalami cidera saat pertandingan di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bali XII di Kabupaten Buleleng, Selasa (8/9/2015)

Pembinaan olahraga telah dilakukan dengan baik oleh pemerintah melalui berbagai kejuaraan yang diselenggrakan baik oleh KONI ataupun Dinas Pendidikan. Namun peran Sport Science khususnya dibidang Kedokteran olahraga atau Sport Medicine belum banyak dilibatkan dalam persiapan atlet, pembinaan serta dalam kompetisi hanya diperankan sebagai dokter pertandingan atau hanya sekedar tim medis yang kemudian. Hal ini diperparah dengan tidak diadakan pelatihan secara terstruktur terhadap petugas medis yang bertugas dilapangan sehingga sering kali agak bingung menghapi situasi yang diakibatkan cedera olahraga. 

Cedera Olahraga apalagi sampai meninggal dunia dapat dicegah dengan serangkaian pemeriksaan rutin untuk mengetahui apakah Atlet Fit untk dipertandingkan. Kedua, Dokter Pertandingan yang tidak mendapat sertifikasi Dokter Pertandingan juga sangat beresiko terkena tuntutan hukum jika ada pihak yang memanfaatkan hal ini. Sebagai pengetahuan dalam Kejuaraan SIlat Dunia, Dokter Pertandingan telah mendapat pelatihan dan pembekalan penanganan kegawatan di arena pertandingan. Kemudian oleh Panitia Pertandingan juga telah disiapkan alur rujukan, dan ambulace lengkap dengan petugas yang bertugas mengantar korban dengan aman sampai tujuan. Kenapa harus aman? Kesalahan pada pertolongan pertama sering kali berkontribusi signifikan terhadap perburukan kondisi korban khususnya kasus yang menimpa tulang belakang dan cedera pada kepala. 

Apakah Kedokteran Olahraga merupakan pelajaran wajib yang dipelajari di fakultas kedokteran? Saat ini di Indonesia Spesialis Kedokteran Olahraga baru ada di Universitas Indonesia. Di Luar Negeri Kedokteran Olahraga merupakan sub spesialis dari Bedah tulang. Di Indonesia seorang dokter umum, harus aktif melakukan pembelajaran di center-center Kedokteran Olahraga, untuk memahami fisiologi olahraga, bagaimana metode recovery yang baik, syarat-syarat atlet dapat bertanding dan bagaimana kebugaran atlet setelah melakukan penurunan berat badan yang ekstream. 

Atlet dapat mengalami penurunan kesadaran karena dehidras,i akibat mengkonsumsi obat yang memicu perkemihan (diuretik) untuk menurunkan berat badan sehingga dapat bertanding di nomor yang dtentukan. Kurangnya sosialisasi berkenaan dengan kesehatan olahraga menjadikan pelatih atau atlet mengambil jalan yang tidak aman untuk mencapai tujuan. Padahal menurut Alm. Prof. DR. I Gst Ngr Nala, menyatakan olahraga merupakan wahana untuk membentuk budi pekerti yang baik, sportif dan mengguatkan persaudaraan melalui kompetisi yang jujur dan adil (Fairplay).

Pemilihan suplementasi yang tidak diketahui kandungan dan bagaimana kinerjanya dalam tubuh tentu dapat membahayakan atlet. Mitos untuk mengkonsumsi telur dicampur dengan minuman berenergi dalam jumlah tertentu sangat tidak logis dan membahayakan. Untuk masa depan atlet yang cerah dan aman, kami menyarankan atlet melakukan sport medical check up di center-center kesehatan yang memiliki pengalaman dalam penanganan atlet. Semoga kejadian-kejadian yang tidak diharapkan dapat diminimalisir dengan melakukan persiapan yang baik, penyiapan tenaga medis yang telah dilatih dan tentunya yang utama adalah mengukur kondisi diri dan jujur menyampaikan apabila merasa tidak enak badan sebelum pertandingan dimulai. Untuk Olahraga Indonesia yang lebih baik, kita mulai dari lingkungan keluarga. 


Salam Sehat Berolahraga, Bali Juara di PON 2020


Upcoming Events
  • Tidak ada event
Jejaring Kami :
Copyright © Klinik Damar 2015 - All Rights Reserved